KUNJUNGI WEBSITE RESMI CIANJUR NEWS (CN) DI WWW.CIANJURNEWS.COMIIKUTI DIKLAT BLOG UNTUK GURU YANG DILAKSANAKAN OLEH WSI KERJASAMA TELKOM DAN CBC, BERTEMPAT DI PT. TELKOM CIANJUR MULAI TANGGAL 6 APRIL S.D 28 MEI 2008 ,PENDAFTARAN GRATIS, DAFTAR KE : SMK ISLAMIYAH SAYANG JL. PROF. MOH YAMIN NO. 110 SAYANG CIANJUR KONTAK PERSON : 08156309231

Amerika Akhirnya Melunak

Diposting oleh Asep Moh. Muhsin | 06.47 | | 0 komentar »

CianjurNEWS

Image APLAUS Sekjen PBB Ban Ki-moon (kiri) dan Presiden COP ke-13 Rachmat Witoelar (kanan) bertepuk tangan menyambut pidato Presiden SBY pada sidang UNFCCC di Nusa Dua, Bali, kemarin. Presiden SBY berpidato untuk mendorong delegasi agar menyepakati Bali Roadmap.

Konvensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) yang diikuti 190 negara akhirnya berhasil menyepakati Bali Roadmap. Amerika Serikat (AS) didukung Kanada dan Jepang ikut bergabung dalam kesepakatan tersebut,meskipun tetap menolak pencantuman target pengurangan emisi antara 25–40% pada 2020.

Bali Roadmap sebagai kerangka pengaturan baru perubahan iklim ini akan dibahas lebih lanjut hingga 2009 di Kopenhagen, Denmark sebelum menggantikan Protokol Kyoto yang berakhir pada 2012. ”Kini, seluruh dunia telah masuk dalam satu gerbong,” kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam jumpa pers di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, kemarin. Presiden SBY menyambut gembira diterbitkannya kerangka baru dalam mengatasi perubahan iklim.

Bali Roadmap itu tercapai secara dramatis melalui jalan sangat panjang lewat berbagai perundingan alot. Perdebatan paling alot terjadi seputar negosiasi pengurangan emisi yang tidak kunjung mencapai titik temu. Para ketua delegasi dan menteri yang berunding berdebat keras hingga dini hari kemarin, dan belum juga menghasilkan kesepakatan.Pukul 09.00 Wita kemarin, perundingan kembali dibuka. Perundingan yang melelahkan itu sempat kritis menjelang sore kemarin. Padahal,UNFCCC secara resmi sudah ditutup pukul 08.00 Wita.
Melihat ancaman runtuhnya perundingan, Presiden SBY pun segera menggelar pertemuan mendadak dengan Sekretaris Eksekutif UNFCCC Yvo de Boer dan Presiden COP ke-13 Rachmat Witoelar di BICC. Presiden SBY juga sempat menggelar pembicaraan empat mata dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon di The Westin Resort. Sekitar pukul 13.00 Wita, kedua pemimpin masuk ke Plenary Hall BICC untuk berpidato mendorong upaya pemecahan kebuntuan. Baik Presiden SBY maupun Ban Kimoon sama-sama mengingatkan delegasi agar tidak menyia-nyiakan pertemuan di Bali.Kedua pemimpin mengingatkan sekaligus mendorong agar negosiasi mencapai kesepakatan. ”Dunia menanti dengan gelisah.

Saya mohon jangan membuat dunia kecewa, dunia menyaksikan Anda semua, buatlah putusan yang konkret mengatasi krisis ini,”pinta Presiden SBY disambut standing ovation oleh hadirin. Presiden SBY meminta para pihak untuk tidak menyia-nyiakan kerja keras selama 12 hari UNFCCC yang berlangsung 3–14 Desember. ”Kita membuat banyak kemajuan, namun kita harus berbuat lebih untuk menjadikan hal itu (Bali Roadmap) sempurna,” katanya. Kepala Negara kemudian mengingatkan para delegasi bahwa putusan untuk melakukan suatu terobosan di Bali telah diserukan para pemimpin negara dalam pertemuan tingkat tinggi tentang perubahan iklim di New York, September lalu. ”Ini adalah komitmen politik yang kita bagi bersama,” katanya.

Pernyataan senada dikemukakan Ban Ki-moon bahwa saat ini adalah waktu yang tepat bagi seluruh delegasi untuk mengambil putusan demi masa depan dunia.Menurut Ban,sekalipun para delegasi telah melakukan yang terbaik dan bekerja keras,hal itu belum cukup tanpa suatu putusan. Pidato motivasi kedua tokoh itu, sekalipun hanya berlangsung tidak lebih dari 10 menit, mampu memancing sambutan luar biasa dari para delegasi. Tepuk tangan panjang membahana di ruang sidang.

Setelah pidato SBY dan Ban Ki-moon, kejadian dramatis terulang ketika Sekretaris Eksekutif UNFCCC Yvo de Boer tibatiba meninggalkan sidang pleno yang baru dimulai dan dipimpin Presiden COP ke-13 Rachmat Witoelar,Sabtu siang. Bahkan,Yvo terlihat mengusap air mata di luar ruang sidang. De Boer disebut-sebut merasa jengkel karena ada sejumlah delegasi yang melakukan kesepakatan di luar agenda persidangan tanpa seizin dirinya sebagai Sekretaris Eksekutif UNFCCC. Menurut salah seorang delegasi dari Australia, Yvo de Boer kecewa setelah mengetahui kelompok G-77 menggelar pertemuan tertutup sebelum sesi Sabtu pagi dibuka.

AS Melunak

Di ruang sidang, Presiden COP ke-13 Rachmat Witoelar kemudian meminta masing-masing ketua delegasi untuk menyampaikan sikap akhirnya untuk memecah kebuntuan yang terjadi.Ketua Delegasi Amerika Serikat Paula Dobriansky semula menyampaikan pendapat untuk tetap menolak bergabung dalam Bali Roadmap. Tidak pelak, sikap ini mengundang sinisme dari peserta yang mengeluarkan cemoohan kepada delegasi AS. Oleh delegasi Afrika Selatan, pernyataan Dobriansky yang pertama sempat disebut sebagai yang paling tidak berkesan.

Delegasi dari Papua Nugini bahkan sempat berkata keras kepada delegasi AS. ”Jika Anda tidak bersedia bergabung,silakan keluar saja.” Sesaat kemudian, Dobriansky yang juga Wakil Menlu AS kembali mengambil mikrofon dan menyatakan sepakat bergabung dalam Bali Roadmap. ”Untuk yang pertama di Bali hari ini, kami mengambil langkah tentang pembicaraan sangat penting mengenai emisi guna mencari solusi secara global. Ini adalah babak baru dalam perdebatan iklim,” kata Dobriansky disambut tepuk tangan panjang para delegasi. Pihaknya, lanjut Dobriansky, berjanji memegang komitmen ini dalam dua tahun ke depan.

Karena itu, dia mengajak komunitas dunia untuk bekerja bersama meletakkan kebijakan dalam Bali Roadmap, yakni mengenai mitigasi,adaptasi, teknologi, dan pendanaan yang menjadi pemandu penting dalam rancangan kesepakatan 2009 di Kopenhagen,Denmark. Kepada wartawan di luar ruang konferensi, Menteri Lingkungan Jerman Sigmar Gabriel mengaku sempat akan mengirim pesan singkat (SMS) kepada Kanselir Angela Merkel agar melobi Gedung Putih. ”Saya sudah mengetik SMS setelah pernyataan pertama Dobriansky, tetapi akhirnya saya batalkan,” kata sosok yang sering mengkritik kebijakan Presiden George W Bush tentang perubahan iklim itu. Presiden COP Rachmat Witoelar akhirnya juga menyatakan penghargaan dan terima kasih atas melunaknya sikap AS yang sempat menjadi penyebab kebuntuan perundingan.

Pengurangan Emisi

Dalam perdebatan kemarin,AS yang didukung Jepang dan Kanada tetap keras kepala tidak mau menyepakati draf Bali Roadmap,terutama menyangkut proposal pengurangan emisi karbon hingga 25–40% pada 2020, yang didukung Uni Eropa (UE).Namun, perdebatan panjang mencair pada detik-detik kritis di mana tercapai kompromi dengan meniadakan target angka pengurangan emisi pada Bali Roadmap. Ketua Delegasi Indonesia Emil Salim menyatakan, UNFCCC tidak mungkin meninggalkan negara maju karena emisi karbon mereka sangat dominan. Emisi AS, Jepang, dan Kanada saja sudah mencapai 50% dari total emisi; dengan perincian, AS sebanyak 36%, Jepang 18%, dan Kanada 8%.

”Jadi, mereka harus ikut dalam kesepakatan. Kalau tidak mau, pertemuan ini gagal,” ujarnya. Emil menjelaskan, negara berkembang akhirnya mengambil jalan tengah mengingat ancaman negara maju yang menolak ikut dalam kesepakatan. Berkat kompromi dari negara berkembang ini, akhirnya AS melunak dengan menerima konsensus.

Namun, AS juga menginginkan negara berkembang ikut bersama bertanggung jawab menurunkan emisi karbon melalui pembangunan yang sustainable. ”Jalan, arah, dan sasaran sudah ditetapkan, sekarang tinggal pembagian kerja antara negara maju dan berkembang untuk mewujudkan kesepakatan ini,”bebernya. Dalam jumpa pers terpisah, Presiden SBY menyatakan, terdapat banyak masalah yang mengalami kemajuan positif dalam perundingan Bali. Salah satunya yang menguntungkan Indonesia adalah terakomodasinya skema insentif untuk pengurangan emisi dari deforestasidan degra-dasi hutan (REDD). Isu lain yang juga mengalami kemajuan positif dalam pertemuan Bali adalah tentang transfer teknologi.

”Selama ini selalu tidak jelas siapa yang memberi, kepada siapa, dengan cara apa, dan biaya siapa, dalam konferensi ini telah jelas,” katanya. Mengenai transfer teknologi, para delegasi sepakat dengan memperkuat badan expert group on technology transfer (EGTT). Delegasi UNFCCC juga telah sepakat membentuk badan dana adaptasi untuk mengatur dana adaptasi, yang mana Indonesia berhasil menjadi anggotanya.

Sumber : Koran Sindo

0 komentar