Ayah delapan anak ini sekarang kehidupan ekonominya cukup mapan berkat barang menjijikan ini. “Selama 30 tahun saya menggeluti usaha rongsokan ini, dan sekarang Alhamdulillah telah menikmati hasilnya,” tutur Eyep, di rumahnya.
Tetapi tentu keberhasilan mendongkrak ekonomi keluarganya ini tidak dilakukan sekaligus. Eyep bekerja keras. Bahkan pada awalnya ia sebagai pemulung yang keluar masuk kampung menghimpun barang rongsokan atau sampah yang sekiranya bisa jadi duit.
Pahit getir harus menahan rasa malu dirasakan Eyep saat itu. Demi menafkahi keluarganya seringkali ia jadi sorotan mata curiga warga kampung yang dimasukinya. “Sebagai manusia tentunya ada perasaan malu sebagai pemulung barang rongsokan, tapi apa boleh buat, kebutuhan ekonomi keluarga harus saya penuhi,” ujarnya.
Perjuangan yang dilakoni Eyep sebagai tukang lektut alias ngengelek barang butut rupanya membuahkan hasil. Transaksi yang dilakukannya dengan bandar barang rongsokan dipahaminya. Munculah keinginan tidak lagi sebagai pemulung, melainkan sebagai pengumpul atau bandar. Dengan mengontrak tanah pada tetangganya, ia menghimpun barang bekas di
Sumber : H. An-an Fauzi
0 komentar
Posting Komentar