Julaeha (45) warga Desa Mekarsari mengungkapkan sempat didatangi penjual bubuk abate yang mengaku telah bekerjasama dengan desa setempat.
"Sepengetahuan saya, bubuk abate tidak diperjualbelikan. Namun, karena saya butuh, ya saya terpaksa membelinya karena dia (penjual, red) mendatangi rumah dengan mengaku telah bekerjasama dengan pihak desa setempat," ungkap Julaeha kepada Radar, kemarin.
Dia membeli 10 tablet bubuk abate dengan harga Rp 30 ribu (sebutir Rp 3.000). Jenis bubuk abate yang dijual buatan American Cyanamid Company-USA.
Bubuk abate yang diperjualbelikan juga dialami oleh Fitriawati (26) juga warga Desa Mekarsari. Dia sempat ditawari oleh salah seorang penjual yang belum dikenalnya.
"Saya dan suami sempat kedatangan penjual bubuk abate. Dia mengaku sambil sosialisasi kesehatan tentang lingkungan dengan bekerjasama dengan desa setempat tapi ujung-ujungnya menjual bubuk abate," tuturnya.
Wakil Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Cianjur dr H Dedih Rudiana ketika dihubungi menegaskan bubuk abate memang tidak diperjualbelikan. Dia memastikan yang menjual langsung ke warga bukan dari petugas Dinkes.
"Sekarang obat-obatan tersebut telah dijual di beberapa toko maupun kios obat. Kemungkinan besar yang menjual obat-obatan di masyarakat adalah pera pedagang sedangkan dari petugas Dinkes tidak mungkin," jelasnya.
Bubuk abate bisa didapatkan di masing-masing puskesmas yang tersebar di Cianjur. "Masyarakat jika membutuhkan obat tersebut langsung datang ke puskesmas masing-masing. Bubuk abate tidak diperjualbelikan melainkan diberikan secara gratis," terangnya.
0 komentar
Posting Komentar