Informasi yang dihimpun Radar, peristiwa tersebut berawal ketika Dauf hampir setiap malam datang ke Kampung Babakan Penei dengan tujuan mendatangi selingkuhannya. Namun, setiap datang ke kampung tersebut dia sering membuat onar jika keinginannya tidak dikabulkan dan selalu mabuk-mabukan.
Dauf baru bebas dari penjara enam bulan lalu terkait kasus penganiayaan. Perlakuan buruknya bukan hanya di Kampung Babakan Cipenei namun juga di kampung tempatnya tinggal.
Kekesalan warga di Kampung Babakan Penei semakin menjadi saat Dauf datang sambil mabuk-mabukan dan membawa sebilah golok. Sikap itu tidak ditanggapi warga dan tak berani untuk melawan.
Malam berikutnya Dauf melakukan hal yang sama. Saat itu dia tidak membawa golok tapi hanya mabuk-mabukan. Sabtu malam sekitar pukul 23:00 WIB, puncak kekesalan warga tidak terbendung dan langsung menghakimi sang preman kampung itu sampai tewas.
Kepala Desa Sukamantri Ade Somantri membenarkan peristiwa itu setelah menerima laporan dari RT. Ade menuturkan, Dauf merupakan preman yang selalu membuat onar di desanya. “Kami sudah memperingatkannya agar jangan menggangu warga di kampung ini namun saran itu tidak diindahkan. Puncak kekesalan warga ditumpahkan pada Sabtu malam," ungkap Ade kepada Radar, kemarin.
Berita : Nanang Rustandi
asalamu alaikum wrwb,,, sebelumnya saya minta ma'af,,, saya cuma sedikit coment dan mungkin tanya, apakah tidak ada jalan lain..? selain dihakimi,,? mungkin alangkah bijak kalau sebelum dihakimi alangkah baiknya masyarakat melapor dulu ke pihak keamanan atau pihak yg berwajib. dan nanti mungkin pihak keamanan atau pihak yg berwajib yg menanggulangi si korban,biar di tindak agar dia tidak membuat keributan atau bikin onar. dan apakah keluarga si korban mendapat keadilan,,karena mungkin bagi si keluarga korban tak mau anak kesayangannya di bunuh dengan sadis.. dan apakah si para pembunuh itu mendapatkan hukuman. karena sama salahnya antara si korban dan para pembunuh itu,.,. si korban pembuat onar, dan masyarakat juga pembunuh.