
MERAYAKAN Lebaran tahun ini bagi 12 keluarga yang rumahnya ambruk tiga hari sebelum Idulfitri tiba, dilewati dengan penuh keprihatinan. Selain tidak bisa merayakan Lebaran bersama keluarga di rumah sendiri seperti tahun-tahun sebelumnya, berbagai persiapan yang telah dilakukan pun berantakan.
Demikian pula dengan makanan dan barang-barang, rusak tertimbun reruntuhan rumah. Akibat rumah mereka ambruk diterjang angin puting beliung. Akhirnya, terpaksa berlebaran dan tinggal sementara menumpang di rumah saudara, orang tua, atau anaknya.
Dari belasan keluarga yang rumahnya ambruk, kondisi paling memprihatinkan dialami Ceceng (50), warga Pasir Peusing Desa Sindangraja Kec. Sukaluyu Kab. Cianjur. Belum reda kesedihan mendalam dirasakan ayah dari tujuh anak ini, musibah kembali menimpanya. Pasalnya, sebelum Ramadan lalu (munggahan-red.), istri yang dicintainya, Yati (41) meninggal karena sakit.
Belum genap satu bulan dan hilang rasa sedih yang menyelimutinya, tiga hari menjelang Idulfitri rumah panggung miliknya ambruk, rata dengan tanah.
Bersamaan dengan ambruknya rumah tersebut, anak keduanya Maesaroh (6) mengalami luka robek di bagian punggungnya karena tertimpa puing-puing rumah. Sehingga harus dibawa ke puskesmas dan menjalani perawatan. Akibat luka tersebut, anaknya mendapat 15 jahitan.
Dia mengaku hanya bisa pasrah melalui musibah yang menimpanya. Hingga kini, belum terbayang dari mana bisa mendapatkan biaya untuk membangun rumahnya lagi. Pasalnya, untuk membiayai perawatan anaknya yang luka akibat tertimpa reruntuhan rumah saja dirasakannya cukup berat. "Memang, biaya perawatan na mah gratis. Tapi kanggo ongkos dan keperluan lain-lainnya perlu biaya. Ayeuna murangkalih masih berobat jalan. Kamari aya bantuan ti pemda Rp 1 juta, nya sabagian tos kaanggo," ujarnya.
Dia mengatakan saat ini dirinya harus tinggal terpisah dengan beberapa anaknya. Pasalnya, dia kini tinggal di rumah anak kedua yang sudah menikah. Anaknya yang lain ada yang tinggal di rumah mertua atau orang tuanya (nenek-red). "Rumah anak saya sempit, jadi teu cekap lamun ngumpul sadayana," keluhnya.
Kades Sindangraja Maman mengatakan, masih ada belasan keluarga yang rumahnya ambruk, belum bisa membangun kembali. Mereka saat ini tinggal di rumah saudaranya atau kerabatnya.
Maman memperkirakan biaya yang diperlukan untuk satu rumah panggung itu mencapai belasan juta rupiah.
Sumber :Yusuf Adji - Pikiran Rakyat
0 komentar
Posting Komentar