Bupati Cianjur Tjetjep Muchtar Soleh mengatakan,pemantauan secara terus menerus dilakukan karena PVMBG menyebutkan bahwa Kab Cianjur termasuk wilayah yang paling rentan pergerakan tanah.
”Pemkab Cianjur telah menyiagakan seluruh aparat terkait dan komponen masyarakat pada tingkat kewaspadaan tinggi,”kata Tjetjep. Dia mengungkapkan, seluruh petugas unit operasional penanganan bencana di tingkat kecamatan ditekankan untuk terus berkoordinasi dengan unsur TNI dan Polri, serta potensi masyarakat/ LSM, organisasi sosial, dan organisasi kemasyarakatan.
Selain itu,pemkab Cianjur juga menyiapkan berbagai fasilitas seperti alat-alat berat. Meski belum digunakan,namun Dinas PU Bina Marga telah menyatakan kesiapannya mengantisipasi kondisi terburuk. Sementara itu, Sekretaris Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) Kab Cianjur Esih Sukaesih Karo mengemukakan,ada sekitar 120 desa di 15 kecamatan yang saat ini diwaspadai rentan bencana alam.
Kerentanan tersebut meliputi pergerakan tanah, banjir, dan longsor. Per September 2007, tercatat 53 kejadian bencana tanah longsor, 13 kejadian angin ribut, 8 kejadian banjir, dan 50 kasus kebakaran.
”Bencana tanah longsor mayoritas terjadi di wilayah Cianjur bagian selatan karena memang kontur tanah di wilayah itu terbilang labil,”terangnya. Sementara itu, dalam rekapitulasi laporan tahunan bencana alam pada triwulan III (Juli hingga September 2007), pihaknya mencatat 1 kali peristiwa tanah longsor yang terjadi di Kampung Pataruman, Desa Karangluwuk, Kecamatan Sukaresmi, dan 2 kali peristiwa kebakaran akibat alam di Kampung Ciater, Desa Sukajaya, Kec Tanggeung dan Kampung Cijangkar, Desa Karangwangi, Kecamatan Cidaun.
Dalam peristiwa kebakaran di Kecamatan Tanggeung, sambungnya, satu warga meninggal dunia dan satu lainnya luka berat. ”Sementara dalam peristiwa tanah longsor di Kecamatan Sukaresmi, satu orang meninggal dunia. Peristiwa tanah longsor terjadi pada bulan Agustus 2007 lalu,” ujarnya.
Sumber : Benny Bastiandy
0 komentar
Posting Komentar