Namun, terbatasnya modal membuat mereka kewalahan memenuhi permintaan pelanggan. Malahan tidak sedikit yang terpaksa harus menolak pesanan karena minimnya modal yang mereka miliki. Apalagi tahun ini, mereka dihadapkan pada kenaikan harga bahan baku untuk membuat terompet sehingga menambah beban biaya produksi.
"Tahun baru merupakan rezeki tahunan bagi kami. Pesanan banyak, baik langganan maupun pembeli baru. Namun, modal pas-pasan. Jadi, tidak semuanya bisa kami layani. Kalau ada modal, mungkin bisa kami penuhi," kata Herman (45) warga Sabandar Hilir, Kec. Karangtengah Kab. Cianjur, Selasa (25/12).
Dia mengaku pesanan sudah mengalir sejak sebulan lalu dan hingga, Selasa (25/12), dirinya sudah membuat kira-kira 25.000 terompet. Jumlah terompet sebanyak itu merupakan pesanan pelanggan dari berbagai daerah, mulai dari Bandung, Sukabumi, Cianjur dan Jakarta.
"Tahun lalu, kami bisa membuat terompet hingga 75.000 unit. Modalnya bukan punya saya semua. Kebanyakan dari pemesan langsung, mereka beri uang di muka. Jadi, saya cuma dapat kelebihan dari ongkos pembuatan saja. Kalau modal sendiri paling cukup buat ribuan terompet saja," ujarnya.
Perajin terompet lainnya, Dodo mengungkapkan, semua bahan baku sudah mengalami kenaikan, di antaranya selotip semula Rp 250,00 kini menjadi Rp 350,00/gulung. Plastik dari Rp 14.000,00 menjadi Rp 19.000,00, kelos (bekas gulungan kain) bahan plastik, semula Rp 4.000,00 menjadi Rp 8.000,00, dan cat dari Rp 24.000,00 menjadi Rp 29.000,00.
Akibat kenaikan harga bahan baku tersebut, membuat keuntungan yang didapat menipis. "Sekarang harga bahan baku semuanya naik. Pemesan inginnya tetap. Kalau masih ada untung, ya saya kerjakan. Namun, kalau tidak, ya tidak kami layani," ujar Dodo.
Pendapat sama diungkapkan Imas dan Deni. Akibat tidak memiliki modal membuat, mereka mengandalkan biaya produksi dari pesanan. Namun, konsekuensinya keuntungan yang diperoleh menjadi sangat minim.
"Kemarin baru menyelesaikan 5.000 terompet pesanan. Namun, untungnya tipis, soalnya biaya semuanya dari pembeli. Jadi kami hanya dapat ongkos kerja. Itu pun minim," ujarnya
Sumber : Yusuf Adji - PR
0 komentar
Posting Komentar